Laman

Label

Senin, 27 September 2010

catatan kecil dari barang lompo


Aku berkawan dengan gelombang…
Membaca tanda dan wahyu alam yang tersurat dalam riaknya yang gemulai
Aku berkawan dengan gerombolan ikan…
Mencari arti dari kesunyiannya dalam menetapi kesabaran



Praktikum lapang perdana, mentari yang ramah mengiringi kepergian kami pagi menjelang siang ini. Sekilas aku membaca nama kapal yang akan membawaku menyebrang dari Makassar menuju pulau barang lompo tujuan kami
Novitasari itu nama kapal yang baru saja merapat di dermaga dan menumpahkan puluhan wajah dengan beragam ekspresi, membuatku semakin tak sabaran menunggu perjalanan pertamaku menuju pulau.
Setengah jam berikutnya kami telah terapung di atas birunya laut dalam terpaan angin paling syahdu yang menyapa wajahku, gelombang mengayunkan kapal kami dengan irama yang konstan memberi kesempatan bagi kantuk untuk datang menghampiri. Tapi aku tak akan tidur, tak boleh ada sedikitpun yang terlewatkan dalam praktikum kali ini.
Lebih kurang 45 menit kami sampai di pulau yang dalam bayanganku adalah pulau kosong tak berpenghuni, ternyata aku keliru pulau ini di tempati oleh penduduk yang cukup padat. Meskipun tak sesuai bayanganku pulau ini tetap saja menarik bagiku, pasir putih yang menenggelamkan mata kaki dan air lautnya yang biru jernih benar-benar telah memikat hatiku. Hingga waktu dzuhur aku lupa tujuanku menuju pulau ini, baru setelah para asisten berteriak memanggil agar kami bergegas mengenakan pelampung dan berbaris sesuai kelompok aku baru sadar kalau saat ini ada target laporan yang harus dikerjakaan.
5 jam kami berendam dalam laut, mencari spesies avertebrata yang sebelumnya telah tuntas kami identifikasi di laboratorium fakultas, selama selang waktu itu aku benar-benar tak henti bertasbih, megamati dunia tanpa suara alam bawah laut yang begitu menakjubkan, penuh warna dan misteri yang tak pasti di balik riak dan gerakan pasir di bawah telapak kaki.
Perairan barang lompo yang di dominasi oleh bulu babi ini membuat hampir semua dari kami terkena tusukan durinya dan beberapa dosen menjadikan hal ini sebagai lelucon bahwa katanya belum resmi menjadi anak perikanan kalau belum berkenalan dengan bulu babi.
Rasa letih, perih dan menggigil yang kami dapat di lapangan terobati oleh indahnya alam bawah laut yang kami amati, namun perjuangan ternyata belum selesai, usai shalat isya tugas kami yang sebenarnya baru di mulai mengisi modul dan membuat jurnal laporan dalam waktu tiga sampai empat jam mengganti tidur malam kami hingga adzan shubuh berkumandang.
Praktikum kali ini avertebrata air dan ekologi perairan benar-benar menyisakan kenangan tersendiri dalam ingatanku, berburu bintang laut, menelusuri jejak cacing, berjinjit diantara sekumpulan bulu babi, bermain dengan sponge bob sampai menghitung helaian lamun semua menjadi hal baru dalam hidupku. Hal baru yang kemudian menelisik rasa ingin tahu dan jiwa petualanganku untuk lebih dalam mempelajari bidang ilmuku dan lebih dalam lagi menyelami laut indonesiaku.
Memetik bulir tasbih dari semua jenis keindahan yang tak kan Nampak hanya dengan sekilas mata memandang. Berharap menemukan sebentuk kesadaran akan ke Mahaan Nya yang menjadikan aku bangga pada tempatku kini, telah kutemukan rencana terbesarMu hingga aku dengan lantang dapat berkata “proud to be fisheries”


Makassar, 02 Mei 2010
Memory @barang lompo 24 April 2010

Sabtu, 25 September 2010

Pada hujan berbau debu


memahami hatiku pada hujan berbau debu...
ada karat yang telah mengurat
menyesak dalam sarat yang tersurat
rupanya ia tak lagi sebentuk hati yang wangi
bukan pula sebentuk hati yang suci...

terlalu lama memendam dendam yang entah untuk apa???
pada siapa???
sebab apa???

lelah bertanya pada angin yang mengkhianati arah kembali
lelah bertanya pada ombak yang mengkhianati tempat menepi hingga ia merupa tsunami
lelah bertanya pada penguasa yang mengkhianati rakyatnya
lelah bertanya pada manusia yang tak mau menerima kodratnya


tak sudi bertanya padamu yang mengkhianatiku dengan sejuta peluru...





(suatu hari saat mengenang dia...)